Ayam bekisar atau
ayam hutan hijau (bahasa Latin
= Gallus varius) adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh,
merak, dan sempidan.
Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam
peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama
di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.). Memiliki nama ilmiah Gallus varius
(Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green
Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green
Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya. Ayam yang
menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan
dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa
dan kepulauan Nusa Tenggara
termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian
1.500 m diatas permukaan laut, di Jawa Timur hingga 3.000 m diatas permukaan laut
dan di Lombok hingga 2.400 m diatas permukaan laut.
Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan
berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan
tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan
dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil
seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal
kecil. Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2-7 ekor atau lebih, mencari
makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik
oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan
mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk
mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran
itu. Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu,
perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian
1,5-4 m di atas tanah. Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember
di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara
sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput
tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan. Tak seperti keturunannya ayam
kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu
terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu
terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m
atau lebih. Terbang mendatar, Ayam hutan Hijau mampu terbang lurus hingga
beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang
berdekatan melintasi laut. Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam
peliharaan, ayam hutan merah
(Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan
hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Ayam hutan
dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara
ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk
menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam
dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang
sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.
Rabu, 24 September 2014
PERKUTUT (Geopelia striata) KHAS DI YOGYAKARTA
Perkutut Jawa (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara
orang karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia, terutama Jawa,
hingga keadaannya di alam mulai terancam. Perkutut masih berkerabat dekat
dengan Tekukur Biasa, Dederuk Jawa, dan merpati. Burung perkutut bertubuh kecil. Panjangnya
berkisar antara 20-25 cm. Kepalanya membulat kecil, berwarna abu-abu. Paruhnya
panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan. Mata burung perkutut bulat
dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi
bulu-bulu halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang
berwarna hitam dan putih. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna
kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua.
Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang. Jari-jari perkutut
berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah
4. Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang. Jari-jari
perkutut berguna untuk bertengger.
KEPODANG EMAS (Oriolus chinensis) KHAS JAWA TENGAH
Kepodang emas adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu
yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik,
rapi dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Kepodang merupakan salah satu jenis burung yang sulit
dibedakan antara jantan dan betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang
termasuk jenis burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias
rumah, oleh karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat
populasinya semakin kecil. Burung kepodang berasal dari daratan China
dan penyebarannya mulai dari India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa,
Bali,
Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Burung ini hidup di hutan-hutan
terutama di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis dan
biasanya hidup berpasangan . Di pulau Jawa dan Bali burung kepodang sering
disebut dengan kepodang emas. Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang
mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan strip hitam melewati mata
dan tengkuk, bulu terbang sebagian besar hitam.
Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris merah, bentuk paruh
meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran panjang paruh kurang lebih 3
cm, kaki hitam. Burung ini menghuni hutan terbuka, hutan mangrove, hutan pantai, di tempat-tempat
tersebut dapat dikenali dengan kepakan sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok
dan terbangnya menggelombang.
MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas) KHAS JAWA BARAT
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang adalah salah satu
subspesies dari macan tutul yang hanya
ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Ia memiliki dua variasi: berwarna
terang dan hitam (macan kumbang). Macan tutul jawa adalah satwa indentitas
Provinsi Jawa Barat. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya,
macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam.
Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang yang
hitam mengkilap dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya
terlihat di bawah cahaya terang. Bulu hitam Macan Kumbang sangat membantu dalam
beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan Kumbang betina
serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan. Hewan ini soliter, kecuali pada
musim berbiak. Ia lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang
terdiri dari aneka hewan lebih kecil biasanya diletakkan di atas pohon. Macan
tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa.
Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam ini terjadi akibat
satu alel resesif yang dimiliki hewan ini. Sebagian besar populasi macan tutul
dapat ditemukan di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango, meskipun di semua taman nasional di
Jawa dilaporkan pernah ditemukan hewan ini, mulai dari Ujung Kulon hingga
Baluran. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, penangkapan liar, serta
daerah dan populasi dimana hewan ini ditemukan sangat terbatas, macan tutul
jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES
Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No.5
tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999.
ELANG BONDOL (Haliastur indus) KHAS DKI JAKARTA
Elang bondol atau dalam nama ilmiahnya adalah Haliastur Indus
adalah spesies dari genus dari Haliastur. Burung Elang Bondol berukuran sedang
(45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Elang bondol yang remaja berkarakter
seluruh tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah putih
keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun
ketiga. Ujung ekor bundar.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki
dan tungkai kuning suram. Ketika dewasa, karakter tubuhnya adalah kepala,
leher, dada putih. Sayap, punggung, ekor dan perut coklat terang. Kontras
dengan bulu primer yang hitam. Makanannya adalah hampir semua binatang, hidup
atau mati. Di perairan, makanannya berupa kepiting dan di daratan memakan anak ayam,
serangga dan mamalia
kecil. Sarang berukuran besar, dari ranting pada puncak pohon. Telur
berwarna putih, sedikit berbintik merah, jumlah 2-3 butir. Berkembang biak pada
bulan Januari - Agustus dan Mei - Juli. India, Cina selatan,
Asia tenggara, Indonesia, Australia. Di Indonesia, penyebarannya ada di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua.
Sedangkan di Indonesia dan India, dapat ditemukan di daerah pedalaman. Di
Kalimantan sendiri, elang bondol dapat ditemui di Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat. Keberadaan elang bondol disana melimpah.
BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) KHAS BANTEN
Badak jawa atau Badak
bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak
yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang
menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1-3,2 m dan tinggi 1,4-1,7
m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh
dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih
sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak
ini pernah menjadi salah satu badak di Asia
yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini
tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi
di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India
serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat
kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak
ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40 - 50
badak hidup di Taman Nasional
Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas
lainnya berada di Taman Nasional Cat
Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih
dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa
diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada
pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga
sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini
juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang,
seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya
populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada
di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada resiko
diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya
terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk
mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau
bencana alam seperti tsunami, letusan gunung
berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung
punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber,
maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan
relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun
di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak
Jawa.
Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua
subspesies yang masih ada, sementara satu subspesies telah punah:
· Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe
subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah
hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional
Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti
mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam
subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini tidak diterima
secara luas.
· Rhinoceros sondaicus annamiticus,
diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam
atau Badak Vietnam, yang pernah
hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos,
Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bagian dari tempat hidup spesies
ini. Kini populasinya diperkirakan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan
daratan rendah di Taman Nasional Cat
Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa
dua subspesies yang masih ada memiliki leluhur yang sama antara 300.000 dan 2
juta tahun yang lalu.
·
Rhinoceros sondaicus inermis,
diketahui sebagai Badak jawa india,
pernah hidup di Benggala sampai Burma
(Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berarti tanpa cula,
karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada
cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak memiliki cula.
Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara
itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.
GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) KHAS LAMPUNG
Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih
kecil daripada subspesies gajah
India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat
terancam. Sekitar 2000-2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar
berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap
akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83%
habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang
agresif untuk perkebunan. Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh
setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan
dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki
otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang
cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas
tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga.
Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan
dapat memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk
meraup.
BERUANG MADU (Helarctos malayanus) KHAS BENGKULU
Beruang madu termasuk famili ursidae dan merupakan jenis paling
kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang
ini adalah fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan
maskot dari kota Balikpapan.
Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama Hutan
Lindung Sungai Wain. Panjang
tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50-65 kg. Bulu
beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam,
matanya berwarna cokelat atau biru,selain
itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu
moncong. Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus
dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam
kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya
terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya
menggambarkan matahari terbit. Berbeda dengan beruang madu
dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir memiliki bulu yang lebih lembut,
tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka telapak kaki
beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Beruang madu hidup di hutan-hutan
primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka
biasanya berada di pohon pada ketinggian 2-7 meter dari tanah, dan suka
mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang.
Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan
tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Borneo, Sumatera, Indocina, Cina
Selatan, Burma, serta Semenanjung malaya. Oleh karena
itulah, jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di
wilayah empat musim. Beruang madu di masa lalu diketahui
tersebar hampir di seluruh benua Asia, namun
sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat.
MENTILIN (Tarsius bancanus) KHAS BANGKA BELITUNG
Tarsius bancanus atau Mentilin
merupakan salah satu spesies tarsius. Primata endemik Sumatera dan Kalimantan, Indonesia ini ditetapkan sebagai Fauna
identitas provinsi Bangka Belitung. Tarsius bancanus dalam
bahasa Inggris sering disebut sebagai Horsfield’s Tarsier atau Western
Tarsier. Tarsius bancanus atau Horsfield’s Tarsier mempunyai
ciri-ciri dan perilaku seperti jenis-jenis tarsius lainnya. Panjang tubuhnya
sekitar 12-15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) dan 117 gram
(betina). Bulu tubuh Tarsius bancanus berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu
kecoklatan. Tarsius bancanus tersebar di Indonesia (pulau Kalimantan, Sumatera,
dan pulau-pulau sekitar seperti Bangka, Belitung, dan Karimata), Malaysia (Sabah dan Serawak) dan Brunei
Darussalam.
Terdapat 4 (empat) subspesies Tarsius
bancanus, yaitu:
·
Tarsius bancanus
bancanus
·
Tarsius bancanus
borneanus
·
Tarsius bancanus
natunensis
·
Tarsius bancanus
saltator
IKAN BELIDA (Chitala lopis) KHAS SUMATERA SELATAN
Ikan lopis
atau ikan Belida merupakan jenis ikan
sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini
lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah
satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa,
dan Semenanjung Malaya,
meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan
penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang.
Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya
dipelihara di akuarium sebagai ikan hias. Karena
berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun
teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan
telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih
ikan belida. Ikan
belida ini sesungguhnya bukan ‘milik’ khas orang Palembang, karena sebarannya
cukup luas mulai dari India, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Kalimantan. Dalam
bahasa Inggris ikan ini dinamakan ‘clown
knife fish’. Diberi atribut ‘clown’ karena di badan ikan ada corak bulat-bulat
menyerupai pakaian badut, dan disebut ‘knife fish’ karena bentuk tubuhnya yang panjang pipih
menyerupai pisau. Di Surabaya, ikan yang sudah sangat langka ini dinamakan ‘ikan peso/ikan pisau’. Di India,
ikan ini dinamakan ‘chitala
chitala’.Menurut legenda orang Palembang, ikan ini dinamakan
‘belida’, karena dia tergolong ikan yang pandai bersilat lidah.
HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae) KHAS JAMBI
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies
harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies
harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam
klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered)
dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.
Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman
nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan
tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin
berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari. Harimau
Sumatera adalah subspesies harimau
terkecil. Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua
subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat
kadang kala dempet. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan
berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat
mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198
cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau Sumatera lebih tipis
daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang
paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga
oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai
dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil
memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang
menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan
mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya
berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan. Harimau
Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di
banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar
alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang
ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang
dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatera mengalami ancaman
kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran
rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk
lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas
pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan
manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki
daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
IKAN KAKAP (Lutjanus sanguineus) KHAS KEPULAUAN RIAU
Ikan
kakap adalah ikan laut dasaran yang hidup
secara berkelompok di dasar-dasar karang atau terumbu karang. Mempunyai ciri
tubuh yang bulat pipih dengan sirip memanjang sepanjang punggung. Jenis ikan
kakap yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis Kakap merah (L. campechanus) beberapa
jenis yang lain yang juga banyak ditemui adalah Kakap
kuning, Kakap
hitam dan kakap merah. Ikan ini umumnya memangsa ikan-ikan kecil, udang. Bila kita
memancing, biasanya umpan-umpan itu yang biasa digunakan. Walau kadang juga
dengan umpan jig, suka terpancing. Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang dengan
mempunyai sirip di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di
bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya. Sebagai penguasa karang,
ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengoyak mangsanya. Ketika ada makanan
apa saja yang hanyut langsung disergapnya. Ikan-ikan yang paling besar di
kawasannya selalu berada paling depan untuk memburu makanan.
SERINDIT (Loriculus galgulus) KHAS RIAU
Serindit melayu atau dalam nama ilmiahnya Loriculus galgulus adalah
sejenis burung yang terdapat di dalam genus burung serindit Loriculus. Burung ini berukuran kecil,
dengan panjang mencapai 12 cm. Bulunya didominasi oleh warna hijau
dengan bulu ekor berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Burung
serindit jantan memiliki bercak kepala berwarna biru dan bercak tenggorokan
berwarna merah. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan. Populasi
Serindit melayu tersebar di hutan dataran rendah, dari permukaan laut sampai
ketinggian 1.300 m di negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Serindit Melayu hidup
dalam kelompok. Burung ini memiliki kebiasaan aktif memanjat dan berjalan
daripada terbang. Saat istirahat, burung serindit menggantungkan badan ke
bawah. Pakannya terdiri dari sayuran hijau, buah-buahan, padi-padian dan aneka
serangga kecil. Burung betina biasanya menetaskan antara tiga sampai empat
butir telur yang dierami sekitar 18 sampai 20 hari.
KUAU RAJA (Argusianus argus) KHAS SUMATERA BARAT
Kuau Raja atau dalam nama ilmiahnya Argusianus argus adalah
salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau Raja mempunyai bulu berwarna
coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Burung jantan dewasa berukuran
sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200 cm. Di atas kepalanya terdapat
jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung jantan dewasa juga memiliki
bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi dengan bintik-bintik besar
menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran lebih kecil dari
burung jantan, panjangnya sekitar 75 cm, dengan jambul kepala berwarna
kecoklatan. Bulu ekor dan sayap betina tidak sepanjang burung jantan, dan hanya
dihiasi dengan sedikit oceli. Populasi Kuau Raja tersebar di Asia Tenggara. Spesies ini ditemukan di hutan
tropis Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaysia. Pada
musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu sayap dan ekornya di depan burung
betina. Bulu-bulu sayapnya dibuka membentuk kipas,
memamerkan "ratusan mata" di depan pasangannya. Nama binomial spesies
ini diberikan oleh Carolus Linnaeus,
berdasarkan dari raksasa bermata seratus bernama Argus di mitologi Yunani. Burung betina menetaskan hanya
dua telur saja.
CEUMPALA KUNENG (Trichixos pyrropygus) KHAS NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Ceumpala
Kuneng atau kucica ekor kuning adalah seekor
spesies burung dalam keluarga Muscicapidae.
Burung ini dapat ditemukan di Brunei, Indonesia, Malaysia dan Thailand. Habitat alaminya yaitu di hutan
dataran rendah yang lembab dan rawa-rawa di daerah subtropis atau tropis.
Burung ini merupakan fauna daerah Aceh yang dikenal dengan nama cémpala
kunèng dalam bahasa Aceh. Saat ini
burung ini berstatus hampir terancam. Burung
ini tersebar di Semenanjung Thailand, Semenanjung Malaya, Brunei dan Indonesia. Di Indonesia burung ini hanya
ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Burung ini berukuran
sedang (21 cm), berekor panjang hitam dan jingga. Jantan menyerupai kucica hutan tetapi ekornya yang merah karat
jauh lebih pendek, lebih banyak berwarna abu-abu gelap daripada hitam, alis
pendek putih dan tunggir merah karat. Betina lebih coklat dan tidak punya alis
putih. Burung remaja lebih coklat berbintik-bintik kuning merah karat. Iris
coklat; paruh hitam; kaki hitam. Kicauannya tidak semerdu kucica hutan.
Seri panjang terdiri dari siulan merdu, nada tunggal dan ganda, “pi-uuu”,
meningkat dan menurun bergantian secara tidak tetap. Burung yang tidak umum
dijumpai di kerimbunan hutan primer dan sekunder
dataran rendah sampai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut. Lebih menyukai
hutan lembab rimbun termasuk hutan rawa.
BEO NIAS (Gracula religiosa robusta) KHAS SUMATERA UTARA
Beo nias merupakan salah satu
subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias,
Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan
subspesies beo lainnya paling populer dan banyak diminati oleh para penggemar
burung beo lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk
ucapan manusia. Beo Nias ditetapkan sebagai fauna
identitas provinsi Sumatera Utara. Subspesies beo yang mempunyai
nama latin Gracula religiosa robusta ini sering disebut juga sebagai Ciong
atau Tiong. Dalam bahasa Inggris, burung endemik ini biasa disebut Common
Hill Myna. Ciri dan
Tingkah Laku Beo Nias. Beo nias (Gracula
religiosa robusta) termasuk burung berukuran sedang dengan panjang tubuh
sekitar 40 cm. Ukuran beo nias lebih besar dari pada jenis
beo lainnya. Bagian kepala burung beo nias berbulu pendek. Sepanjang
cuping telinga beo nias menyatu di belakang kepala yang bentuknya menggelambir
ke arah leher. Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok. Di
bagian kepala beo nias juga terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan
terdapat di sisi kepala. Iris mata burung endemik ini berwarna coklat gelap.
Paruhnya runcing berwarna kuning agak oranye. Hampir seluruh badan beo nias
tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali pada bagian sayap yang berbulu
putih. Kaki burung endemik nias ini berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah
empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan sisanya menghadap
ke belakang. Habitat dan
Persebaran. Burung beo nias (Gracula
religiosa robusta) merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa
dijumpai di Pulau Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau
Simo dan Pulau Bangkaru.
makam tua raja sidabutar
Saat berkunjung ke Pulau Samosir khususnya Tomok, paling tidak ada tiga objek wisata di Tomok yang wajib dikunjungi antara lain Museum Batak, Makam Raja Sidabutar, dan Patung Sigale-Gale. Menariknya, semua objek ini berada pada komplek yang saling berdekatan. Setelah melihat koleksi yang ada di Museum Batak yang berada di area paling dalam alias paling ujung, saya berjalan ke arah luar melanjutkan acara keliling-keliling pagi hari ke Makam Raja Sidabutar. Sepanjang jalan di kanan-kiri akan banyak sekali toko-toko yang menjual souvenir khas Batak. Kalau Anda berminat silahkan membeli souvenir tersebut. Kalaupun nggak minat, pedagang-pedagang disini katanya cukup agresif dalam menawarkan barang dagangannya sehingga agak sedikit memaksa Anda untuk membelinya. Saya keliling objek-objek ini pada pagi hari, lebih tepatnya kepagian. Belum banya toko-toko souvenir yang buka. Malah bisa dihitung dengan jari toko yang sudah buka. Sehingga saya nggak bisa merasakan sendiri gimana nikmatnya dikejar-kejar penjual souvenir. :D
Makam Tua Raja Sidabutar sendiri berada di tengah di antara objek-objek lainnya. Pintu gerbangnya khas sekali mencerminkan budaya batak. Banyak ukiran ornamen-ornamen yang serupa dengan ornamen di Museum Batak. Simbol cicak dengan empat buah payudara juga masih ada loh. Bahkan dengan ukuran yang jauh lebih besar berada di tiang pintu gerbang sebelah kanan dan kiri. Sementara itu di bawah cicak terdapat ornamen mirip seperti manusia dalam posisi jongkok dengan kedua tangan seolah-olah sedang memegang lutut. Kurang tahu juga sih maksudnya apa. Warna merah, putih, dan hitam juga masih sangat mendominasi disini.
Sebenarnya untuk masuk ke Makam Raja Sidabutar ini diwajibkan menggunakan kain ulos. Anda tidak perlu membawa sendiri kainnya karena kain sudah disediakan oleh keturunan Raja Sidabutar dan gratis. Antara kain untuk pria dan wanita juga dibedakan loh. Penggunaan kain ulos ini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang mistis atau apapun itu. Hanya sebagai simbol kesopanan saja. Tapi… Karena saya berkunjungnya kepagian, jadi yang jaga juga belum datang. Otomatis kain ulosnya juga belum ada. Dengan terpaksa nyelonong masuk tanpa menggunakan kain ulos. Mudah-mudahan dimaafkan kelancangan saya ini. Hehe..
Raja Sidabutar konon merupakan orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Samosir. Makamnya yang berada di Tomok ini sudah berusia ratusan tahun. Uniknya makamnya terbuat dari batu utuh tanpa sambungan yang dipahat kemudian menjadi sebuah peti batu. Jenazahnya lalu dimasukkan ke dalam peti batu tersebut. Namun peti batu ini tidak dikuburkan, melainkan berada di permukaan tanah. Pada peti batu terdapat pahatan wajah sang raja yang menurut saya menyerupai sphinx di Mesir.
Pada komplek makam ini terdapat makam tiga raja beserta beberapa kerabatnya. Raja pertama dan raja kedua belum memeluk agama, tapi menganut kepercayaan yang disebut Parmalim. Sementara itu raja ketiga yang bernama Solompoan Sidabutar sudah menganut agama Kristen setelah kedatangan Nomensen, seorang misionaris asal Jerman. Terbukti dengan ornamen salib yang menghiasi makam raja ketiga ini. Selebihnya makam-makam lain yang ada di komplek ini adalah makam dari kerabat-kerabat Raja Sidabutar.
Hampir semua objek wisata di Tomok tidak dipungut biaya tiket masuk, termasuk komplek Makam Raja Sidabutar ini. Biasanya di tempat-tempat tersebut terdapat sebuah kotak amal. Anda bisa memasukkan uang di kotak amal tersebut. Terserah berapa, yang penting ikhlas.
SILSILAH NI RAJA SI OPAT AMA (Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari, Raja Sidabalok)
Raja Nai Ambaton memiliki 5 orang putra, yakni Simbolon Tua, Tamba Tua,
Saragi Tua, Munthe Tua dan Nahampun Tua dan satu boru Pinta Haomasan.
Raja Si Opat Ama merupakan keturunan dari Ompu Raja Tamba Tua Ompu boru
Malau Pase. Leluhur Raja Si Opat Ama yang terkenal ialah Datu Parngongo,
yang pada zamannya dikenal sebagai seorang datu yang sangat
sakti. Datu Parngongo memiliki 7 orang putra, salah satu diantara ialah
Guru Sojoloan, atau lebih dikenal dengan nama Guru Sitindion boru yang
menikahi boru Lumban Gaol.
.
Dari perkawinannya dengan Boru Lumban Gaol, Guru Sitindion memiliki
empat putra, yang dikenal dengan nama-nama Toga Sidabutar, Toga Sijabat,
Toga Siadari, dan Toga Sidabalok. Putra pertama, Toga Sidabutar menikah
dengan boru Pandiangan, tetapi dia meninggal pada saat boru Pandiangan
sedang hamil. Putra Toga Sidabutar yang lahir diberi nama Raja
Sidabutar.
Sesuai dengan kebiasaan dahulu, putra kedua Guru Sitindion, yakni Toga
Sijabat lalu mengawini janda abangnya boru Pandiangan. Kebiasaan seperti
ini disebut denga mangabia.
Toga Sijabat pun meninggal ketika boru Pandiangan sedang hamil. Putra
Toga Sijabat yang lahir diberi nama Raja Sijabat. Nasib yang sama dengan
kedua abangnya juga dialami Toga Siadari. Dia meninggal dunia saat
istri abangnya yang dikawininya sedang hamil. Putra yang lahir dikenal
dengan nama Raja Siadari. Tragedi yang sama juga dialami Toga Sidabalok.
Putra Guru Sitindion yang paing bungsu ini kembali mengawini istri
abangnya boru Pandiangan, putranya yang lahir dikenal dengan nama Raja
Sidabalok.
Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari dan Raja Sidabalok dibesarkan
oleh boru Pandiangan dan Toga Sidabalok, karena abang-abangnya telah
meninggal dunia, sehingga Toga Sidabalok bertanggung jawab atas
anak-anak abangnya sebagaimana anaknya sendiri.
Itulah sebabnya Marga Sidabutar, Sijabat, Siadari, dan Sidabalok disebut
dengan Raja Si Opat Ama, gelar Raja Si Opat Ama ini muncul ketika
lahirnya Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari, dan Raja Sidabalok,
ke empat Raja inilah yang disebut Raja Si Opat Ama bukan Toga
Sidabutar, Toga Sijabat, Toga Siadari dan Toga Sidabalok. Raja Si Opat
Ama ialah empat ama/bapak satu ina/ibu, masing-masing merupakan putra
dari empat laki-laki bersaudara tetapi satu rahim ibu.
Merupakan komitmen keturunan Raja Si Opat Ama bahwa setiap kegiatan,
baik sukacita maupun dukacita dilaksanakan secara gotong
royong,kekeluargaan serta menganut sumpah, “Sisada lulu Anak, Sisada
lulu Boru”. Sebagaimana seluruh keturunan Raja Nai Ambaton (PARNA), yang
merupakan kakek moyang Raja Si Opat Ama dan marga-marga dari perkawinan
sesame keturunan Raja Si Opat Ama juga terlarang.
Adapun Silsilah Raja Si Opat Ama (Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok) adalah sebagai berikut :
A. RAJA BATAK
a. Guru Tatea Bulan
b. Raja Isumbaon
i. Tuan Sorimangaraja
1. Tuan Sorba Dijulu
a. Simbolon Tua
b. Tamba Tua
c. Saragi Tua
d. Munthe Tua
e. Nahampun Tua
f. si boru Pinta Haomasan
f. si boru Pinta Haomasan
2. Tuan Sorba Dijae
3. Tuan Sorba Dibanua
ii. Raja Asi-Asi
iii. Sangkar Somalindang
c. Toga Laut
A. RAJA TAMBA TUA
a. Raja Sitonggor
b. Raja Lumban Tonga-tonga
i. Raja Si Ruma Ganjang
1. Guru Satea Bulan
2. Guru Sinanti
3. Datu Parngongo
a. Parjarunjung
b. Raja Nialapan
c. Guru Saoan
d. Guru Sitindion
i. Toga Sidabutar
ii. Toga Sijabat
iii. Toga Siadari
iv. Toga Sidabalok
e. Simata Raja
f. Guru Tinandangan
g. Marhati Ulubalang
ii. Raja Lumban Uruk
c. Raja Lumban Toruan
Pulau Berhala
Tempat wisata sumatera Pulau Berhala adalah sebuah pulau di Jambi, Indonesia. Pulau dengan luas 2,5 km² ini merupakan pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, Pulau yang kaya akan hutan akar bahar ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal Coral Reef dan Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai.
Pulau Berhala ini diambil dari nama raja Jambi dahulu yaitu Datuk Paduko Berhala yang makamnya terdapat di pulau itu. Kondisi pulau sangat alami dan belum memiliki penduduk. Saat ini pulau di jaga oleh Tentara Nasional Indonesia Angakatan Laut dan sudah terdapat fasilitas berupa resort, pemancingan, wahana untuk permainan laut maupun Hotel untuk para wisatawan yang berkunjung ke sana.
Tempat Wisata Sumatera Pulau Berhala dengan luas 2,5 km² ini merupakan salah satu pulau penangkaran penyu dengan pemandangan yang eksotis. Nah, untuk bisa sampai kesana kalau dari Medan Anda bisa menggunakan bus dan kemudian turun di jalan besar Sei Rampah dengan perjalanan sekitar satu jam. Rute berikutnya adalah menuju perkampungan nelayan. Bisa dengan menggunakan angkutan umum, ataupun ojek sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 10-12 menit.
Begitu tiba di lokasi, Anda bisa menyewa kapal nelayan untuk menyebrang ke Pulau Berhala. Kenapa harus menyewa kapal nelayan ? Pasalnya belum ada kapal penyeberangan khusus ke Pulau Berhala. Karena biaya sewa kapal yang cukup mahal, berkisar Rp 800 ribu – Rp 1,5 juta/malam.
Di bagian barat tempat wisata sumatera pulau berhala lebih didominasi kawasan pantai, sedangkan di bagian Timur tampak tebing-tebing curam batu karang menantang. Jika laut sedang surut, Anda dapat mengelilingi Pulau Berhala secara penuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 6 jam. Dikelilingi sabuk terumbu karang, membuat Pulau Berhala makin menarik. Ada banyak jenis ikan hias di sini. Pantai karang di kawasan Pulau berhala memang kaya akan biota laut. Pulau Berhala dikelilingi oleh hutan hijau yang masih alami. Bentuk pulau ini jika diperhatikan dari atas tampak seperti penyu.
Ada keistimewaan unik yang dimiliki Pulau Berhala. Di daerah pantainya terdapat mata air tawar yang tak pernah kering. Air tawar dimanfaatkan dan disalurkan ke pos Dishubla dan pos penjaga pantai TNI AL. Dari sini, air tawar disalurkan juga ke sebuah penampungan air tawar tepat di depan pos jaga. Biasanya air tawar di sini dimanfaatkan oleh para turis dan nelayan.
Langganan:
Postingan (Atom)