Rabu, 24 September 2014

AYAM BEKISAR (Gallus varius) KHAS JAWA TIMUR


Ayam bekisar atau ayam hutan hijau (bahasa Latin = Gallus varius) adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.). Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya. Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut, di Jawa Timur hingga 3.000 m diatas permukaan laut dan di Lombok hingga 2.400 m diatas permukaan laut. Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil. Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2-7 ekor atau lebih, mencari makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu. Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5-4 m di atas tanah. Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir berwarna keputih-putihan. Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang. Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang mendatar, Ayam hutan Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan melintasi laut. Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Pada pihak lain, ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa Timur.

PERKUTUT (Geopelia striata) KHAS DI YOGYAKARTA

Perkutut Jawa (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia, terutama Jawa, hingga keadaannya di alam mulai terancam. Perkutut masih berkerabat dekat dengan Tekukur Biasa, Dederuk Jawa, dan merpati. Burung perkutut bertubuh kecil. Panjangnya berkisar antara 20-25 cm. Kepalanya membulat kecil, berwarna abu-abu. Paruhnya panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan. Mata burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna hitam dan putih. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang. Jari-jari perkutut berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi jumlah jari sebelah kaki adalah 4. Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang. Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.

KEPODANG EMAS (Oriolus chinensis) KHAS JAWA TENGAH

http://3.bp.blogspot.com/-eXjBvoZJbhY/UcAc2GVks0I/AAAAAAAAATY/ifFMAHscJRo/s320/Oriolus+chinensis+02.jpg
Kepodang emas adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Kepodang merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara jantan dan betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang termasuk jenis burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah, oleh karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat populasinya semakin kecil. Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai dari India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Burung ini hidup di hutan-hutan terutama di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis dan biasanya hidup berpasangan . Di pulau Jawa dan Bali burung kepodang sering disebut dengan kepodang emas. Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga paruh berkisar 25 cm. Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan strip hitam melewati mata dan tengkuk, bulu terbang sebagian besar hitam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris merah, bentuk paruh meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran panjang paruh kurang lebih 3 cm, kaki hitam. Burung ini menghuni hutan terbuka, hutan mangrove, hutan pantai, di tempat-tempat tersebut dapat dikenali dengan kepakan sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok dan terbangnya menggelombang.

MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas) KHAS JAWA BARAT


Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia. Ia memiliki dua variasi: berwarna terang dan hitam (macan kumbang). Macan tutul jawa adalah satwa indentitas Provinsi Jawa Barat. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang yang hitam mengkilap dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Bulu hitam Macan Kumbang sangat membantu dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan. Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Ia lebih aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka hewan lebih kecil biasanya diletakkan di atas pohon. Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa. Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini. Sebagian besar populasi macan tutul dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, meskipun di semua taman nasional di Jawa dilaporkan pernah ditemukan hewan ini, mulai dari Ujung Kulon hingga Baluran. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan, penangkapan liar, serta daerah dan populasi dimana hewan ini ditemukan sangat terbatas, macan tutul jawa dievaluasikan sebagai Kritis sejak 2007 di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. Satwa ini dilindungi di Indonesia, yang tercantum di dalam UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999.

ELANG BONDOL (Haliastur indus) KHAS DKI JAKARTA


Elang bondol atau dalam nama ilmiahnya adalah Haliastur Indus adalah spesies dari genus dari Haliastur. Burung Elang Bondol berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Elang bondol yang remaja berkarakter seluruh tubuh kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Ujung ekor bundar.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, kaki dan tungkai kuning suram. Ketika dewasa, karakter tubuhnya adalah kepala, leher, dada putih. Sayap, punggung, ekor dan perut coklat terang. Kontras dengan bulu primer yang hitam. Makanannya adalah hampir semua binatang, hidup atau mati. Di perairan, makanannya berupa kepiting dan di daratan memakan anak ayam, serangga dan mamalia kecil. Sarang berukuran besar, dari ranting pada puncak pohon. Telur berwarna putih, sedikit berbintik merah, jumlah 2-3 butir. Berkembang biak pada bulan Januari - Agustus dan Mei - Juli. India, Cina selatan, Asia tenggara, Indonesia, Australia. Di Indonesia, penyebarannya ada di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua. Sedangkan di Indonesia dan India, dapat ditemukan di daerah pedalaman. Di Kalimantan sendiri, elang bondol dapat ditemui di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Keberadaan elang bondol disana melimpah.

BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) KHAS BANTEN


Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1-3,2 m dan tinggi 1,4-1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya. Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40 - 50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada resiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
Terdapat tiga subspesies, yang hanya dua subspesies yang masih ada, sementara satu subspesies telah punah:
·    Rhinoceros sondaicus sondaicus, tipe subspesies yang diketahui sebagai badak Jawa Indonesia' yang pernah hidup di Pulau Jawa dan Sumatra. Kini populasinya hanya sekitar 40-50 di Taman Nasional Ujung Kulon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa. Satu peneliti mengusulkan bahwa badak jawa di Sumatra masuk ke dalam subspesies yang berbeda, R.s. floweri, tetapi hal ini tidak diterima secara luas.
·    Rhinoceros sondaicus annamiticus, diketahui sebagai Badak Jawa Vietnam atau Badak Vietnam, yang pernah hidup di sepanjang Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand dan Malaysia. Annamiticus berasal dari deretan pegunungan Annam di Asia Tenggara, bagian dari tempat hidup spesies ini. Kini populasinya diperkirakan lebih sedikit dari 12, hidup di hutan daratan rendah di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam. Analisis genetika memberi kesan bahwa dua subspesies yang masih ada memiliki leluhur yang sama antara 300.000 dan 2 juta tahun yang lalu.
·         Rhinoceros sondaicus inermis, diketahui sebagai Badak jawa india, pernah hidup di Benggala sampai Burma (Myanmar), tetapi dianggap punah pada dasawarsa awal tahun 1900-an. Inermis berarti tanpa cula, karena karakteristik badak ini adalah cula kecil pada badak jantan, dan tak ada cula pada betina. Spesimen spesies ini adalah betina yang tidak memiliki cula. Situasi politik di Burma mencegah taksiran spesies ini di negara itu, tetapi keselamatannya dianggap tak dapat dipercaya.

GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) KHAS LAMPUNG


Gajah Sumatera adalah subspesies dari gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera. Gajah Sumatera berpostur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Populasinya semakin menurun dan menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2000-2700 ekor gajah Sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei tahun 2000. Sebanyak 65% populasi gajah Sumatera lenyap akibat dibunuh manusia dan 30% kemungkinan diracuni manusia. Sekitar 83% habitat gajah Sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif untuk perkebunan. Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 m pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki tambahan dapat memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup.

BERUANG MADU (Helarctos malayanus) KHAS BENGKULU


Beruang madu termasuk famili ursidae dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang ini adalah fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan maskot dari kota Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain. Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50-65 kg. Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong. Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit. Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka telapak kaki beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2-7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang. Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara. Penyebarannya terdapat di pulau Borneo, Sumatera, Indocina, Cina Selatan, Burma, serta Semenanjung malaya. Oleh karena itulah, jenis ini tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di wilayah empat musim. Beruang madu di masa lalu diketahui tersebar hampir di seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang akibat kehilangan dan fragmentasi habitat.

MENTILIN (Tarsius bancanus) KHAS BANGKA BELITUNG


Tarsius bancanus atau Mentilin merupakan salah satu spesies tarsius. Primata endemik Sumatera dan Kalimantan, Indonesia ini ditetapkan sebagai Fauna identitas provinsi Bangka Belitung. Tarsius bancanus dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai Horsfield’s Tarsier atau Western Tarsier. Tarsius bancanus atau Horsfield’s Tarsier mempunyai ciri-ciri dan perilaku seperti jenis-jenis tarsius lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 12-15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram (jantan) dan 117 gram (betina). Bulu tubuh Tarsius bancanus berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan. Tarsius bancanus tersebar di Indonesia (pulau Kalimantan, Sumatera, dan pulau-pulau sekitar seperti Bangka, Belitung, dan Karimata), Malaysia (Sabah dan Serawak) dan Brunei Darussalam.
Terdapat 4 (empat) subspesies Tarsius bancanus, yaitu:
·         Tarsius bancanus bancanus
·         Tarsius bancanus borneanus
·         Tarsius bancanus natunensis
·         Tarsius bancanus saltator

IKAN BELIDA (Chitala lopis) KHAS SUMATERA SELATAN


Ikan lopis atau ikan Belida merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias. Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta memperbanyak benih ikan belida. Ikan belida ini sesungguhnya bukan ‘milik’ khas orang Palembang, karena sebarannya cukup luas mulai dari India, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Kalimantan. Dalam bahasa Inggris ikan ini dinamakan ‘clown knife fish’. Diberi atribut ‘clown’ karena di badan ikan ada corak bulat-bulat menyerupai pakaian badut, dan disebut ‘knife fish’ karena bentuk tubuhnya yang panjang pipih menyerupai pisau. Di Surabaya, ikan yang sudah sangat langka ini dinamakan ‘ikan peso/ikan pisau’. Di India, ikan ini dinamakan ‘chitala chitala’.Menurut legenda orang Palembang, ikan ini dinamakan ‘belida’, karena dia tergolong ikan yang pandai bersilat lidah.

HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae) KHAS JAMBI


Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari. Harimau Sumatera adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau Sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan. Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

IKAN KAKAP (Lutjanus sanguineus) KHAS KEPULAUAN RIAU


Ikan kakap adalah ikan laut dasaran yang hidup secara berkelompok di dasar-dasar karang atau terumbu karang. Mempunyai ciri tubuh yang bulat pipih dengan sirip memanjang sepanjang punggung. Jenis ikan kakap yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis Kakap merah (L. campechanus) beberapa jenis yang lain yang juga banyak ditemui adalah Kakap kuning, Kakap hitam dan kakap merah. Ikan ini umumnya memangsa ikan-ikan kecil, udang. Bila kita memancing, biasanya umpan-umpan itu yang biasa digunakan. Walau kadang juga dengan umpan jig, suka terpancing. Bentuk tubuhnya bulat pipih memanjang dengan mempunyai sirip di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya.  Sebagai penguasa karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengoyak mangsanya. Ketika ada makanan apa saja yang hanyut langsung disergapnya. Ikan-ikan yang paling besar di kawasannya selalu berada paling depan untuk memburu makanan.

SERINDIT (Loriculus galgulus) KHAS RIAU


Serindit melayu atau dalam nama ilmiahnya Loriculus galgulus adalah sejenis burung yang terdapat di dalam genus burung serindit Loriculus. Burung ini berukuran kecil, dengan panjang mencapai 12 cm. Bulunya didominasi oleh warna hijau dengan bulu ekor berwarna merah. Burung jantan dan betina serupa. Burung serindit jantan memiliki bercak kepala berwarna biru dan bercak tenggorokan berwarna merah. Burung betina berwarna lebih kusam dibanding jantan. Populasi Serindit melayu tersebar di hutan dataran rendah, dari permukaan laut sampai ketinggian 1.300 m di negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Serindit Melayu hidup dalam kelompok. Burung ini memiliki kebiasaan aktif memanjat dan berjalan daripada terbang. Saat istirahat, burung serindit menggantungkan badan ke bawah. Pakannya terdiri dari sayuran hijau, buah-buahan, padi-padian dan aneka serangga kecil. Burung betina biasanya menetaskan antara tiga sampai empat butir telur yang dierami sekitar 18 sampai 20 hari.

KUAU RAJA (Argusianus argus) KHAS SUMATERA BARAT


Kuau Raja atau dalam nama ilmiahnya Argusianus argus adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau Raja mempunyai bulu berwarna coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200 cm. Di atas kepalanya terdapat jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung jantan dewasa juga memiliki bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi dengan bintik-bintik besar menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, panjangnya sekitar 75 cm, dengan jambul kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan sayap betina tidak sepanjang burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli. Populasi Kuau Raja tersebar di Asia Tenggara. Spesies ini ditemukan di hutan tropis Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaysia. Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu sayap dan ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu sayapnya dibuka membentuk kipas, memamerkan "ratusan mata" di depan pasangannya. Nama binomial spesies ini diberikan oleh Carolus Linnaeus, berdasarkan dari raksasa bermata seratus bernama Argus di mitologi Yunani. Burung betina menetaskan hanya dua telur saja.

CEUMPALA KUNENG (Trichixos pyrropygus) KHAS NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Ceumpala Kuneng atau kucica ekor kuning adalah seekor spesies burung dalam keluarga Muscicapidae. Burung ini dapat ditemukan di Brunei, Indonesia, Malaysia dan Thailand. Habitat alaminya yaitu di hutan dataran rendah yang lembab dan rawa-rawa di daerah subtropis atau tropis. Burung ini merupakan fauna daerah Aceh yang dikenal dengan nama cémpala kunèng dalam bahasa Aceh. Saat ini burung ini berstatus hampir terancam. Burung ini tersebar di Semenanjung Thailand, Semenanjung Malaya, Brunei dan Indonesia. Di Indonesia burung ini hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Burung ini berukuran sedang (21 cm), berekor panjang hitam dan jingga. Jantan menyerupai kucica hutan tetapi ekornya yang merah karat jauh lebih pendek, lebih banyak berwarna abu-abu gelap daripada hitam, alis pendek putih dan tunggir merah karat. Betina lebih coklat dan tidak punya alis putih. Burung remaja lebih coklat berbintik-bintik kuning merah karat. Iris coklat; paruh hitam; kaki hitam. Kicauannya tidak semerdu kucica hutan. Seri panjang terdiri dari siulan merdu, nada tunggal dan ganda, “pi-uuu”, meningkat dan menurun bergantian secara tidak tetap. Burung yang tidak umum dijumpai di kerimbunan hutan primer dan sekunder dataran rendah sampai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut. Lebih menyukai hutan lembab rimbun termasuk hutan rawa.

BEO NIAS (Gracula religiosa robusta) KHAS SUMATERA UTARA


Beo nias merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo lainnya paling populer dan banyak diminati oleh para penggemar burung beo lantaran kepandaiannya dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia. Beo Nias ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Sumatera Utara. Subspesies beo yang mempunyai nama latin Gracula religiosa robusta ini sering disebut juga sebagai Ciong atau Tiong. Dalam bahasa Inggris, burung endemik ini biasa disebut Common Hill Myna. Ciri dan Tingkah Laku Beo Nias. Beo nias (Gracula religiosa robusta) termasuk burung berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Ukuran beo nias lebih besar dari pada jenis beo lainnya. Bagian kepala burung beo nias berbulu pendek. Sepanjang cuping telinga beo nias menyatu di belakang kepala yang bentuknya menggelambir ke arah leher. Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok. Di bagian kepala beo nias juga terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan terdapat di sisi kepala. Iris mata burung endemik ini berwarna coklat gelap. Paruhnya runcing berwarna kuning agak oranye. Hampir seluruh badan beo nias tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali pada bagian sayap yang berbulu putih. Kaki burung endemik nias ini berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan sisanya menghadap ke belakang. Habitat dan Persebaran. Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa dijumpai di Pulau Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru.

makam tua raja sidabutar

makam raja sidabutar
 Saat berkunjung ke Pulau Samosir khususnya Tomok, paling tidak ada tiga objek wisata di Tomok yang wajib dikunjungi antara lain Museum Batak, Makam Raja Sidabutar, dan Patung Sigale-Gale. Menariknya, semua objek ini berada pada komplek yang saling berdekatan. Setelah melihat koleksi yang ada di Museum Batak yang berada di area paling dalam alias paling ujung, saya berjalan ke arah luar melanjutkan acara keliling-keliling pagi hari ke Makam Raja Sidabutar. Sepanjang jalan di kanan-kiri akan banyak sekali toko-toko yang menjual souvenir khas Batak. Kalau Anda berminat silahkan membeli souvenir tersebut. Kalaupun nggak minat, pedagang-pedagang disini katanya cukup agresif dalam menawarkan barang dagangannya sehingga agak sedikit memaksa Anda untuk membelinya. Saya keliling objek-objek ini pada pagi hari, lebih tepatnya kepagian. Belum banya toko-toko souvenir yang buka. Malah bisa dihitung dengan jari toko yang sudah buka. Sehingga saya nggak bisa merasakan sendiri gimana nikmatnya dikejar-kejar penjual souvenir. :D

Makam Tua Raja Sidabutar sendiri berada di tengah di antara objek-objek lainnya. Pintu gerbangnya khas sekali mencerminkan budaya batak. Banyak ukiran ornamen-ornamen yang serupa dengan ornamen di Museum Batak. Simbol cicak dengan empat buah payudara juga masih ada loh. Bahkan dengan ukuran yang jauh lebih besar berada di tiang pintu gerbang sebelah kanan dan kiri. Sementara itu di bawah cicak terdapat ornamen mirip seperti manusia dalam posisi jongkok dengan kedua tangan seolah-olah sedang memegang lutut. Kurang tahu juga sih maksudnya apa. Warna merah, putih, dan hitam juga masih sangat mendominasi disini.

makam raja sidabutar makam raja sidabutar
Sebenarnya untuk masuk ke Makam Raja Sidabutar ini diwajibkan menggunakan kain ulos. Anda tidak perlu membawa sendiri kainnya karena kain sudah disediakan oleh keturunan Raja Sidabutar dan gratis. Antara kain untuk pria dan wanita juga dibedakan loh. Penggunaan kain ulos ini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang mistis atau apapun itu. Hanya sebagai simbol kesopanan saja. Tapi… Karena saya berkunjungnya kepagian, jadi yang jaga juga belum datang. Otomatis kain ulosnya juga belum ada. Dengan terpaksa nyelonong masuk tanpa menggunakan kain ulos. Mudah-mudahan dimaafkan kelancangan saya ini. Hehe..

Raja Sidabutar konon merupakan orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Samosir. Makamnya yang berada di Tomok ini sudah berusia ratusan tahun. Uniknya makamnya terbuat dari batu utuh tanpa sambungan yang dipahat kemudian menjadi sebuah peti batu. Jenazahnya lalu dimasukkan ke dalam peti batu tersebut. Namun peti batu ini tidak dikuburkan, melainkan berada di permukaan tanah. Pada peti batu terdapat pahatan wajah sang raja yang menurut saya menyerupai sphinx di Mesir.

makam raja sidabutar
Pada komplek makam ini terdapat makam tiga raja beserta beberapa kerabatnya. Raja pertama dan raja kedua belum memeluk agama, tapi menganut kepercayaan yang disebut Parmalim. Sementara itu raja ketiga yang bernama Solompoan Sidabutar sudah menganut agama Kristen setelah kedatangan Nomensen, seorang misionaris asal Jerman. Terbukti dengan ornamen salib yang menghiasi makam raja ketiga ini. Selebihnya makam-makam lain yang ada di komplek ini adalah makam dari kerabat-kerabat Raja Sidabutar.

Hampir semua objek wisata di Tomok tidak dipungut biaya tiket masuk, termasuk komplek Makam Raja Sidabutar ini. Biasanya di tempat-tempat tersebut terdapat sebuah kotak amal. Anda bisa memasukkan uang di kotak amal tersebut. Terserah berapa, yang penting ikhlas.

SILSILAH NI RAJA SI OPAT AMA (Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari, Raja Sidabalok)

 
Raja Nai Ambaton memiliki 5 orang putra, yakni Simbolon Tua, Tamba Tua, Saragi Tua, Munthe Tua dan Nahampun Tua dan satu boru Pinta Haomasan. Raja Si Opat Ama merupakan keturunan dari Ompu Raja Tamba Tua Ompu boru Malau Pase. Leluhur Raja Si Opat Ama yang terkenal ialah Datu Parngongo, yang pada zamannya dikenal sebagai seorang datu yang sangat sakti. Datu Parngongo memiliki 7 orang putra, salah satu diantara ialah Guru Sojoloan, atau lebih dikenal dengan nama Guru Sitindion boru yang menikahi boru Lumban Gaol.
.
Dari perkawinannya dengan Boru Lumban Gaol, Guru Sitindion memiliki empat putra, yang dikenal dengan nama-nama Toga Sidabutar, Toga Sijabat, Toga Siadari, dan Toga Sidabalok. Putra pertama, Toga Sidabutar menikah dengan boru Pandiangan, tetapi dia meninggal pada saat boru Pandiangan sedang hamil. Putra Toga Sidabutar yang lahir diberi nama Raja Sidabutar.
Sesuai dengan kebiasaan dahulu, putra kedua Guru Sitindion, yakni Toga Sijabat lalu mengawini janda abangnya boru Pandiangan. Kebiasaan seperti ini disebut denga mangabia.
Toga Sijabat pun meninggal ketika boru Pandiangan sedang hamil. Putra Toga Sijabat yang lahir diberi nama Raja Sijabat. Nasib yang sama dengan kedua abangnya juga dialami Toga Siadari. Dia meninggal dunia saat istri abangnya yang dikawininya sedang hamil. Putra yang lahir dikenal dengan nama Raja Siadari. Tragedi yang sama juga dialami Toga Sidabalok. Putra Guru Sitindion yang paing bungsu ini kembali mengawini istri abangnya boru Pandiangan, putranya yang lahir dikenal dengan nama Raja Sidabalok.
Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari dan Raja Sidabalok dibesarkan oleh boru Pandiangan dan Toga Sidabalok, karena abang-abangnya telah meninggal dunia, sehingga Toga Sidabalok bertanggung jawab atas anak-anak abangnya sebagaimana anaknya sendiri.
Itulah sebabnya Marga Sidabutar, Sijabat, Siadari, dan Sidabalok disebut dengan Raja Si Opat Ama, gelar Raja Si Opat Ama ini muncul ketika lahirnya Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja Siadari, dan Raja Sidabalok, ke empat Raja inilah yang disebut Raja Si Opat Ama bukan Toga Sidabutar, Toga Sijabat, Toga Siadari dan Toga Sidabalok. Raja Si Opat Ama ialah empat ama/bapak satu ina/ibu, masing-masing merupakan putra dari empat laki-laki bersaudara tetapi satu rahim ibu.
Merupakan komitmen keturunan Raja Si Opat Ama bahwa setiap kegiatan, baik sukacita maupun dukacita dilaksanakan secara gotong royong,kekeluargaan serta menganut sumpah, “Sisada lulu Anak, Sisada lulu Boru”. Sebagaimana seluruh keturunan Raja Nai Ambaton (PARNA), yang merupakan kakek moyang Raja Si Opat Ama dan marga-marga dari perkawinan sesame keturunan Raja Si Opat Ama juga terlarang.
Adapun Silsilah Raja Si Opat Ama (Sidabutar, Sijabat, Siadari, Sidabalok) adalah sebagai berikut :
A.    RAJA BATAK
a.       Guru Tatea Bulan
b.      Raja Isumbaon
                                                  i.      Tuan Sorimangaraja
1.      Tuan Sorba Dijulu
a.       Simbolon Tua
b.      Tamba Tua
c.       Saragi Tua
d.      Munthe Tua
e.       Nahampun Tua
f.    si boru Pinta Haomasan
2.      Tuan Sorba Dijae
3.      Tuan Sorba Dibanua
                                                ii.      Raja Asi-Asi
                                              iii.      Sangkar Somalindang
c.       Toga Laut
A.     RAJA TAMBA TUA
a.       Raja Sitonggor
b.      Raja Lumban Tonga-tonga
                                                              i.      Raja Si Ruma Ganjang
1.      Guru Satea Bulan
2.      Guru Sinanti
3.      Datu Parngongo
a.       Parjarunjung
b.      Raja Nialapan
c.      Guru Saoan
d.      Guru Sitindion
                                                                                                                                      i.      Toga Sidabutar                     
                                                                                                                                    ii.      Toga Sijabat                           
                                                                                                                                  iii.      Toga Siadari                           
                                                                                                                                  iv.      Toga Sidabalok                      
e.       Simata Raja
f.       Guru Tinandangan
g.       Marhati Ulubalang
                                                            ii.      Raja Lumban Uruk
c.       Raja Lumban Toruan

Pulau Berhala

tempat wisata sumatera 

Tempat wisata sumatera Pulau Berhala adalah sebuah pulau di Jambi, Indonesia. Pulau dengan luas 2,5 km² ini merupakan pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, Pulau yang kaya akan hutan akar bahar ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal Coral Reef dan Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai.
Pulau Berhala ini diambil dari nama raja Jambi dahulu yaitu Datuk Paduko Berhala yang makamnya terdapat di pulau itu. Kondisi pulau sangat alami dan belum memiliki penduduk. Saat ini pulau di jaga oleh Tentara Nasional Indonesia Angakatan Laut dan sudah terdapat fasilitas berupa resort, pemancingan, wahana untuk permainan laut maupun Hotel untuk para wisatawan yang berkunjung ke sana.



Tempat Wisata Sumatera Pulau Berhala dengan luas 2,5 km² ini merupakan salah satu pulau penangkaran penyu dengan pemandangan yang eksotis. Nah, untuk bisa sampai kesana kalau dari Medan Anda bisa menggunakan bus dan kemudian turun di jalan besar Sei Rampah dengan perjalanan sekitar satu jam. Rute berikutnya adalah menuju perkampungan nelayan. Bisa dengan menggunakan angkutan umum, ataupun ojek sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 10-12 menit.





Begitu tiba di lokasi, Anda bisa menyewa kapal nelayan untuk menyebrang ke Pulau Berhala. Kenapa harus menyewa kapal nelayan ? Pasalnya belum ada kapal penyeberangan khusus ke Pulau Berhala. Karena biaya sewa kapal yang cukup mahal, berkisar Rp 800 ribu – Rp 1,5 juta/malam.
Di bagian barat tempat wisata sumatera pulau berhala lebih didominasi kawasan pantai, sedangkan di bagian Timur tampak tebing-tebing curam batu karang menantang. Jika laut sedang surut, Anda dapat mengelilingi Pulau Berhala secara penuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 6 jam. Dikelilingi sabuk terumbu karang, membuat Pulau Berhala makin menarik. Ada banyak jenis ikan hias di sini. Pantai karang di kawasan Pulau berhala memang kaya akan biota laut.   Pulau Berhala dikelilingi oleh hutan hijau yang masih alami. Bentuk pulau ini jika diperhatikan dari atas tampak seperti penyu.
 Ada keistimewaan unik yang dimiliki Pulau Berhala. Di daerah pantainya terdapat mata air tawar yang tak pernah kering. Air tawar dimanfaatkan dan disalurkan ke pos Dishubla dan pos penjaga pantai TNI AL. Dari sini, air tawar disalurkan juga ke sebuah penampungan air tawar tepat di depan pos jaga. Biasanya air tawar di sini dimanfaatkan oleh para turis dan nelayan.
tempat wisata sumatera